Rijki Ramdani. Diberdayakan oleh Blogger.

Kamis, 17 Mei 2012

Membangkitkan Semangat Hidup Penderita Kanker...


Hari ini, 12 Mei adalah Hari Perawat Dunia. Tanggal tersebut dipilih untuk mengenang keteladanan Florence Nightingale. Ia telah membuktikan bahwa menjadi perawat adalah suara nurani atas dasar kemanusiaan.

Sejatinya, perawat memang butuh 'panggilan khusus' karena harus memiliki hati yang peka agar pasien bisa cepat sembuh, dan memiliki semangat untuk hidup lagi. Seperti misalnya kisah inspiratif di bawah ini.

 


Sebagaimana diceritakan oleh Magi Hart.

Aku adalah seorang perawat yang khusus merawat penderita stroke. Ada dua karakter khas yang aku temui dari penderita stroke, mereka sangat ingin hidup – atau justru ingin segera mati.
 
Salah satu pasien yang cukup berarti bagiku ialah Albert.

Saat berkeliling melakukan pemeriksaan di rumah sakit, aku melihat Albert dalam posisi meringkuk dalam posisi seperti janin dalam kandungan. Ia seorang pria setengah baya. Tubuhnya ditutupi selimut – dan kepalanya hampir tidak kelihatan di balik selimutnya. Ia tidak bereaksi saat aku memperkenalkan diri.

Di ruang jaga perawat aku mendapatkan informasi bahwa umur Albert tidak panjang lagi. Ia hidup sendirian, istrinya telah meninggal, dan anak-anaknya entah berada dimana.


 
 ilustrasi/sirweb.org

 Keesokan harinya, aku mengenakan pakaian putih – tetapi bukan seragam perawat seperti biasanya. Aku masuk ke kamar Albert. Albert langsung membentak, menyuruhku keluar. Tetapi aku justru duduk di kursi di dekat tempat tidurnya. Aku berusaha memberinya senyuman sesempurna mungkin.

“Tinggalkan aku ! Aku ingin mati !” seru Albert.

“Apa tidak salah ? di luar banyak wanita cantik menunggumu.” sahutku.

Ia tampak tersinggung. Tetapi aku terus berbicara panjang lebar tentang betapa senangnya aku bekerja di rumah sakit khusus rehabilitasi stroke ini. Aku menceritakan betapa bangganya aku saat dapat mendorong seseorang untuk mencapai potensi maksimum mereka. Aku juga mengatakan, bahwa ini adalah tempat yang penuh kemungkinan. Ia tidak menyahut sepatah kata pun.

Dua hari kemudian aku mendapatkan kabar dari teman perawat bahwa Albert menanyakan kapan aku bertugas di kamarnya lagi. Kawan-kawan mulai mengedarkan gosip bahwa ia adalah ‘pacar’-ku. Aku tidak membantah gosip itu, bahkan aku selalu berseru kepada orang lain untuk jangan mengganggu ‘Albert’-ku saat keluar dari kamar Albert. Hal ini memang sengaja kulakukan agar Albert mendengarnya.

0 komentar:

Posting Komentar

Berbagi

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More